MENGURANGI PENCEMARAN
LINGKUNGAN
Pencemaran
lingkungan berhubungan erat dengan sampah karena sampah merupakan sumber pencemaran. Permasalahan sampah timbul karena
tidak seimbangnya produksi sampah dengan pengolahnnya dan semakin menurun daya
dukung alam sebagai tempat pembuangan sampah. Di satu pihak, jumlah sampah
terus bertambah dengan laju yang cukup cepat, sedangkan dilain pihak kemampuan
pengolahan sampah masih belum memadai.
Beberapa
masalah yang dapat ditimbulkan sampah sebagai berikut :
1. Sampah
yang tercecer dan masuk kedalam selokan akan
menyumbat saluran dan mengakibatkan banjir pada musim hujan. Keadaan seperti
ini sudah sering terjadi di beberapa kota di Indonesia.
2. Peningkatan
jumlah sampah akan menimbulkan masalah dalam mncari tempat pembungan sampah
yang baru.Tempat yang dijadikan lokasi pembungan sampah akan menjadi tempat
yang kumuh dan kotor. Di dalamnya akan menjadin tempat berkembangnya organisme
patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Tempat ini juga akan menjadi
sarang hewan liar atau lalat. Padahal, hewan liar ini dapat mempercepat
penyebaran bibit penyakit.
3. Sampah
yang terlalu lama ditimbun akan menghasilkan bau yang tidah enak dan akan
mengganggu kesehatan orang yang tinggal di sekitarnya. Air yang dikeluarkan
dari timbunan sampah juga dapat mencemari air sungai, air sumur, dan air tanah.
Penanganan
sampah yang selama ini dilakukan belum sampai pada tahap memikirkan proses daur
ulang atau menggunakan ulang sampah tersebut. Penanganan sampah yang selama ini
dilakukan hanya mengangkutnya dari tempat sampah di permukiman kota dan
membungannya ke tempat pembuangan sampah akhir atau membakarnya. Cara seperti
ini kurang bisa mengatasi masalah sampah karena masih dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan.
Jumalah
produk, tingkat pendapatan, pola konsumsi, pola penyediaan kebutuhan hidup,
serta iklim dan musim merupakan faktor yang dapat memengaruhi jumlah sampah
dari penduduk suatu daerah. Beberapa studi yang dilakukan pada tahun 1993
memberikan gambaran bahwa angka timbunan sampah kota di Imdonesia sebesar 2-3
liter per orang per hari dengan densitas 200-500kg/m3. Komposisi
utama adalah sampah organik sebanyak 70-80% dari seluruh jumlah samapah yang
dihasilkan. Komponen dan komposisi bahan organik sampah kota dapat dilihat alam
tabel 1.
Tabel
1. Komponen dan komposisi bahan organik sampah kota.
Bahan
Organik
|
Komposisi
|
Serat kasar (%)
Lemak (%)
Abu (%)
Air (%)
Amonium (mg/g sampah)
Norganik (mg/g sampah )
Total nitrogen (mg/g sampah )
Protein (mg/g sampah)
Keasaman (pH)
|
4,1
– 6,0
3,0
– 9,0
4
,0 – 20,0
30,0
– 60,0
0,5
– 1,14
4,8
– 14,0
4,0
– 17,0
3,1
– 9,3
5,0
– 8,0
|
Sumber : Hadiwiyanto (1983)
Salah stu alternatif pengolahan
sampah adalah memilih smpah organik dan memprosesnya menjadi kompos atau pupuk
hijau. Namun, proses pengomposan ini juga kadang-kadang masih mengundang
masalah. Selama proses pengomposan, bauk busuk kan keluar dari kompos yang
belum jadi. Keadaan ini merupakan salah satu penyebab masyarakat enggan membuat
kompos. Mereka lebih senang membuang sampahnya kesungai karena mereka merasa
lebih praktis, tanpa memerhatikan dampak yang dapat ditimbulkan. Sebenarnya
mengubah samapah menjadi kompos masih jauh lebih baik daripada membuangnya ke
sungai.
Namun,yang menjadi masalah adalah
masyarakat belum mengetahui proses pengomposan limbah organik secara sederhana
dan cepat, kurang memahami nilai kompos, dan kurang memahami dampak negatif
pencemaran lingkungan. Mungkin faktor ini juga yang membuat masyarakat masih
enggan menggunakan kompos.
Nah berikut adalah dasar pembuatan kompos.
DASAR PEMBUATAN KOMPOS
A.
Bahan
Pembuatan Kompos
a.
Berdasarkan Komponen yang Dikandungnya
1.
Bahan Organik Lunak
Bahan
organik dikatakan lunak jika bahan itu sebagaian besar terdiri dari air. Bahan yang
termasuk alam kategori ini adlah buah-buahan, sayur-sayuran, termasuk akar dan
daun sayuran, limbah kebun termasuk potongan rumput dan dfedaunan, serta limbah
dapur.
2. Bahan
Organik Keras
Bahan
organik keras memiliki kadar air relatif rendah dibandingkan dengan jumlah
total berat bahan tersebut.Dalam proses pengomposan bahan ini akan
didekomposisi secara sempurna. Namun, proses tersebut tidak akan terjadi secara
sempurna tanpa terjadinya air yang banyak. Contoh bahan organik keras adalah
dedaunan segar, bunga, dan hasil pemotongan pagar hidup.
3. Bahan
Selulisa
Bahan
seulosa merupakan bahan yang struktur selularnya sebagian besar terdiri dari
selulosa dan lignin dengan kadar air yang relatif rendah. Bahan ini akan di
dekomposisi bakteri dengan sangat lambat, bahkan tidak sama sekali. Contoh bahan
selulosa adalah sisipan kayu, jerami padi, daun kering, kulit pohon dan kertas.
4. Limbah
Protein
Limbah
protein merupakan limbah yang mengandung banyak protein, seperti kotoran hewan,
limbah dari pemotongan hewan, dan limbah makanan. Limbah yang banyak mengandung
protein ini merupakan bahan pembuat kompos yang sangat bagus karena kandungan
nutrisinya baik untuk pertumbuhan tanaman. Namun, proses dekomposisi dari
protein ini akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Bau ini sangat disukai oleh
kuman dan serangga sehingga jumlsh mereka akan sangat banyak.
5. Limbah
Manusia
Limbah
manusia dan hewan yang dimaksud adalah kotoran (fases). Kotoran ini sangat
disenangi mikroorganisme.
b.
Berdasarkan
Asal Bahannya
1.
Limbah Pertanian
Ø Limbah
dan residu tanaman,contohnya jerami padi, gulama,sekam padi.
Ø Semua
bagian vegatif tanaman,contohnya batang pisang,sabut kelapa,dedaunan.
Ø Libah
residu ternak,contohnya kotoran,limbah cair.
Ø Pupuk
hijau,contohnya lamtoro,orok-orok,lupin,turi,rumput gajah.
Ø Tanaman
air,contohnya azolla,eceng gondok,gulma air dan ganggang biru.
Ø Penambat
nitrogen, contohnya mikoriza, rizobium, dan biogas.
2.
Limbah Industri
Ø Limbah
padat, contohnya kayu,kertas,serbuk gergaji,ampas tebu,limbah kelapa sawit,
limbah pemotongan hewan.
Ø Limbah
cairan, contohnya alkohol,limbah dari pengolahan kertas,dan limbah pengolahan
kelapa sawit.
3.
Limbah Rumah Tangga
Ø Sampah,
contohnya tinja,urine,sampah rumah tangga,sampah kota,dam limbah dapur.
KEUNGGULAN
KOMPOS
Kompos
dapat memperbaiki struktur tanah dengan lengkap walaupun jumlahnya sedikit.
Ø Menggemburkan
dan meningkatkan ketersediaan bahan organik di dalam tanah.
Ø Meningkatkan
daya serap tanah terhadap air dan zat hara.
Ø Memperbaiki
kehidupan mikroorganisme didalam tanah dengan cara menyediakan bahan makanan
bagi mikroorganisme tersebut.
Ø Memperbesar
daya ikat tanah berpasir sehingga tidak mudah terpencar.
Ø Memperbaiki
drainase dan tata udara di dalam tanah.
Ø Membantu
proses pelapukan bahan mineral.
Ø Melindungi
tanah terhadap kerusakan yang disebabkan erosi.
Ø Meningkatkan
kapasitas tukar kation (KTK).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar